Jumat, 15 Mei 2009

SPERMATOGENESIS


SPERMATOGENESIS

Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa yang terjadi dalam tubuli seminiferi. Jumlah spermatozoa yang dihasilkan dalam sehari dari berbagai jenis ternak telah dilaporkan sebagai berikut:

JENIS TERNAK
PRODUKSI SPERMATOZOA (109)
Domba
8
Sapi pedaging
4
Sapi Perah
7
Babi
15 - 20
Kuda
10

Produksi spermatozoa yang diproduksi sesungguhnya diperkirakan 50 – 100 % lebih tinggi dari jumlah tersebut, karena spermatozoa yang diproduksi tidak dapat dikumpulkan seluruhnya untuk dihitung.

Spermatozoa setelah dibentuk dalam tubuli seminiferi, kemudian menuju saluran didorong melalui rete testis dan vasa efferentia masuk ke epididymis, dimana spermatozoa dideposisi dan mengalami perubahan maturasi yang membuatnya mampu mengadakan fertilisasi. Ketika ternak jantan mencapai pubertas, maka mulailah spermatogenesis berlangsung. Pemeliharaan berlangsungnya spermatogenesis dikontrol oleh kerja timbal balik dari hormone-hormon FSH, LH dan Testosteron.


PUBERTAS

Pada ternak jantan didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana ternak jantan sudah menghasilkan spermatozoa yang mampu mengadakan fertilisasi atau dengan kata lain spermatogenesis sudah berlangsung. Saat itu spermatozoa fertile sudah dapat dijumpai dalam dalam ejakulatnya. Khusus pada sapid an kerbau, menurut Almquist dan Amman, 1976) menyatakan bahwa pubertas dicapai jika dalam ejakulatnya telah dijumpai spermatozoa minimal 50 juta dan dari jumlah ini didapat minimal 10 % nya bergerak progresif. Pubertas pada sapi, domba, kuda dan babi terjadi pada umur 10-12, 4-6, 13-18, dan 4-8 bulan. Pada sapi perbedaan waktu terbentuknya spermatozoa dalam tubuli seminiferi dengan ditemukannya spermatozoa dalam ejakulat kira-kira 10 minggu.

Kriteria seekor ternak jantan telah mencapai pubertas :
1.spermatogenesis telah sempurna
2.perkembangan penis sudah sempurna
3.libido sudah muncul pada diri ternak jantan.
kriteria tersebut diimbangi dengan adanya sejumlah perubahan yang dapat dilihat berawal sejak beberapa minggu sebelum spermatozoa fertile ditemukan dalam ajakulatnya. Perubahan tersebut meliputi : perubahan konformasi tubuh, meningkatnya agresivitas dan libido atau keinginan mengawini lawan jenisnya, cepatnya pertumbuhan penis dan testes, sobeknya frenulum preputium, sehingga penis secara bebas dapat keluar masuk dari dan ke dalam preputiumnya. Perkembangan fungsi testicular adalah hal yang utama dalam pengamatan munculnya pubertas.
Perkembangan ini diatur oleh system hormonal. Luteinizing hormone (LH) diperlukan untuk perkembangan dan fungsi dari sel-sel leydig. Pemunculan FSH dan prolactin membuat sel leydig lebih responsive terhadap LH pada ternak jantan muda, dengan cara meingkatkan dan mempertahankan letak reseptor bagi LH. Perkembangan dari sel leydig ini akan meningkatkan konsentrasi testosterone. Efek-efek synergetic dari testosterone dan FSH dapat memacu perkembangan dari sel sertoli, sel penghasil androgen binding protein (ABP) dan persiapan bagi tubuli seminiferi untuk memproduksi spermatozoa. Pubertas bukanlah dewasa kelamin (sexual maturity) pada ternak jantan. Beberapa domba dan babi jantan telah digunakan dalam perkawinan dan mempunyai fertilitas tinggi setelah mencapai umur kira-kira 6 bulan. Namun produksi spermatozoa dari pejantan terus meningkat sampai mencapai umur kira-kira 18 bulan. Pada sapid dan kuda produksi spermatozoa total akan terus meningkat sampai mencapai umur kira-kira 3 tahun.


SPERMATOGENESIS DOMBA

Dibagi menjadi dua fase yang terpisah yaitu :
1.Spermatocytogenesis
2.spermiogenesis

Spermatocytogenesis merupakan serangkaian pembelahan sel benih sejak dari spermatogonia sampai terbentuk spermatid. Sedangkan spermiogenesis adalah satu fase dimana spermatid mengalami metamorphosis menjadi spermatozoa. Keseluruhan proses berlangsung selama kira-kira 7 minggu pada domba, 7-10 minggu pada sapi. Begitu spermatogenesis ini berlangsung pada seekor ternak jantan, maka terjadilah migrasi sel-sel kelamin dan membrane basalis menuju lumen dari tubuli seminiferi.




Tubuli seminiferi mempunyai dua tipe sel, yaitu sel sertoli dan sel spermatogonia. Sel seroli berukuran lebih besar dan jumlahnya lebih banyak, mempunyai fungsi nutritif (memberi makan pada spermatozoa muda yang berada pada lumen tubuli seminiferi), kemungkinan berperanan pada kedua proses tersebut, yaitu baik pada spermatocytogenesis maupun pada spermiogenesis. Spermatogonia mempunyai ukuran lebih kecil , tetapi jumlahnya banyak dan merupakan sel kelamin (gametes) yang potensial.

Tahap pertama dari spermatocytogenesis adalah pembelahan mitosis dari spermatogonium menjadi satu spermatogonium dormant dan satu spermatogonium aktif. Spermatogonium dormant tetap tinggal berada dipinggir tubuli seminiferi, dalam germinal epithelium dekat dengan membrane basalis, pada gilirannya nanti (setelah spermatogonium aktif membelah berulang kali) akan mengulang proses gelombangn selanjutnya

Spermatogonium aktif, mengalami empat pembelahan mitosis, sesungguhnya akan membentuk 16 spermatocyte primer. Pada domba proses ini sempurna dalam waktu 15-17 hari, pada tahap berikutnya, masing-masing spermatocyte primer mengalami pembelahan reduksi atau pembelahan mitosis menghasilkan dua sel spermatocyte sekunder. Dalam pembelahan ini terjadi reduksi jumlah kromosom, dimana spermatocyte sekunder hanya memiliki separuh jumlah kromosom yang ada pada spermatocyte primer. Jadi, nucleus spermatocyte sekunder mempunyai kromosom yang tidak berpasangan (n = haploid), sedang nucleus spermatocyte primer mempunyai kromosom yang berpasangan (2n = diploid). Pada tahap ini selesai dalam waktu 15 hari. Selanjutnya masing-masing spermatocyte sekunder membelah lagi membentuk 2 sel spermatid, jadi terbentuk 4 spermatid dari satu sel spermatocyte primer atau 64 spermatid berasal dari satu sel spermatogonium aktif.

Spermatogonium dormant merupakan benih yang dapat membuat spermatogenesis berlangsung secara terus menerus selama hidup ternak jantan. Proses spermatogenesis pada jenis ternak lainnya mungkin tidak jauh beda dengan spermatogenesis pada domba, seperti penjelasan di atas. Perbedaan lama berlangsungnya spermatogenesis diantara jenis ternak yang berbeda mungkin saja dapat terjadi, demikian juga dalam perbedaan jumlah spermatozoa yang dihasilkan oleh satu sel spermatogonium aktif, namun tidak ada perbedaan jumlah spermatozoa yang dihasilkan oleh masing-masing sel spermatocyte primer.


SPERMIOGENESIS

Selama fase spermiogenesis, spermatid menempel pada sel sertoli. Masing-masing spermatid mengalami proses metamorphosis menjadi spermatozoon. Selama proses metamorphosis, inti material memadat pada satu bagian dari sel membentuk kepala spermatozoon, sedangkan sisanya memanjanng, membentuk ekor spermatozoon. Acrosome, sebuah topi yang mengelilingi kepala spermatozoon, yang tersusun dari apparatus golgi spermatid. Selama pembentukan ekor spermatozoon, maka terjadilah pelepasan cytoplasma, terlihat adanya cytoplasmic droplet pada daerah leher spermatozoon. Spermatozoa yang baru terbentuk, kemudian didorong ke lumen tubuli seminiferi menuju rete testis. Spermatozoa merupakan sebuah sel yang unik, karena tidak mempunyai cytoplasma dan setelah mengalami maturasi mempunyai kemampuan gerak yang progresif. Spermiogenesis berakhir antara 15-17 hari.


KONTROL HORMONAL PADA SPERMATOGENESIS

Pada sapi dan domba terdapat 5-7 gelombang pada LH per hari., kemudian diikuti hal yang sama pada testosterone. Peranan pokok LH dalam pengaturan spermatogenesis adalah merangsang pelepasan testosterone. Hormone testosterone dan FSH berperanan pada tubuli seminiferi memacu berlangsungnya spermatogenesis. Testosterone memiliki peranan yang dominan pada tahap-tahap tertentu dalam spermatocytogenesis. FSH mempunyai peranan dominant dalam pengaturan spermiogenesis. Adapun testosterone dan FSH keduanya memiliki peranan secara langsung pada sel-sel benih (germ cells) dan atau tidak langsung melalui sel sertoli. Sel sertoli dipacu oleh FSH untuk menyekresikan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Androgen binding protein berfungsi sebagai carrier bagi testosterone, sehingga testosterone siap berperanan pada tubuli seminiferi selama berlangsung spermatogenesis dan transportasi spermatozoa menuju rete testis, vasa efferentia masuk epididymis. Androgen binding protein diabsorbsi dalam epididymis. Mekanisme control negative feedback dan positive feedback antara hypothalamus, pituitary, dan testis dalam pengaturan sekresi hormone-hormon gonadotropin (FSH dan LH) dan hormone gonadal steroid (testosterone), mungkin serupa dengan ternak betina. Prostaglandin dari golongan F, jenis dua alpha (PGF2α) telah didemonstrasikan dapat memacu pelepasan LH dan testosterone. Maka secara tidak langsung PGF2α berperan dalam pengaturan feedback antara hypothalamus, pituitary anterior dan testes.


REFERENSI :
Anonymous.2008.Chapter 6 Spermatogenesis and Maturation of Spermatozoa.
http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teaching/chap6.html

Nuryadi.2000.Dasar-dasar Reproduksi Ternak.Malang:Universitas Brawijaya

anatomi organ reproduksi jantan

ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN TERNAK

ANATOMI
Organ reproduksi ternak jantan tersiri dari testes, scrotum, corda spermaticus, kelenjar tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran reproduksi jantan. System saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam testis, epididymis, vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio, testis berasal dari corda genitalia primer, sedangkan system saluran reproduksi berasal dari ductus wolffii. Perhatikan diagram organ reproduksi jantan sebagaimana pada gambar di bawah ini:




Figure 3-1 Diagram of the reproductive system of the (a) bull; (b) ram; (c) boar; and (d) stallion.(Redrawn from Sorenson. 1979. Animal Reproduction: Principles and Practices. McGraw-Hill.)

TESTIS

Adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgens). Testes berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Turunnya testes terjadi akibat memendeknya gubernaculum, sebuah ligamentum yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada cauda epididymis. Pemendekan gubernaculum terjadi karena pertumbuhan gubernaculum tidak secepat pertumbuhan tubuh. Testes terletak dekat dengan daerah inguinalis dan tekanan intra-abdominal membantu testes melalui canalis inguinalis masuk scrotum. Hormone yang terlibat dalam pengaturan turunnya testes adalah gonadotropins dan androgen.

Testis pada sapi mempunyai panjang berkisar 10-13 cm, lebar berkisar 5-6,5 cm dan beratnya 300-400 gr. Babi mempunyai ukuran testes serupa pada sapi, tetapi domba dan kuda ukuran testisnya lebih kecil. Pada semua ternak, testis ditutupi oleh tunica vaginalis, sebuah jaringan serous yang merupakan perluasan dari peritoneum. Lapisan ini diperoleh ketika testis turun masuk ke dalam scrotum dari tempat asalnya dalam ruang abdominal yang melekat sepanjang garis epididymis. Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia, dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah lebih sedikit daripada spermatogonia. Hormone gonadotropin asala kelenjar pituitary, follicle stimulating hormone (FSH) memacu sel-sel sertoli menghasilkan androgen binding protein (ABP) dan inhibin. Panjang tubuli seminiferi dari sepasang testes sapi, diperkirakan spanjang 5 km, sedangkan diameternya hamper 200. berat tubuli seminiferi diperkirakan 80-90% dari berat testes. Tubuli seminiferi bersambungan dengan sebuah tenunan tubulus, yaitu rete testes yang berhubungan dengan 12-15 saluran kecil, yaitu vasa efferentia yang menyatu pada caput epididymis.

Hormone testosterone diperlukan untuk perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder dan untuk tingkah laku perkawinan secara normal. Testosterone juga berfungsi untuk mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar tambahan (accessory glands), produksi spermatozoa, dan pemeliharaan system saluran reproduksi jantan. Sedangkan perannya dalam diri ternak sendiri adalah membantu mempertahankan kondisi optimum pada spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina.


SCROTUM DAN CAUDA SPERMATICUS
Scrotum, adalah sebuah kantung dengan dua lobus pembungkus testes, terletak di daerah inguinalis, pada kebanyakan ternak yaitu terletak di antara dua paha kaki belakang. Tersusun atas lapisan luar kulit yang tebal yang mempunyai banyak kelenjar keringat dan kelenjar sebaceae, dilapisi selapis otot yang licin, tunica dartos yang bercampur dengan tenunan ikat. Tunica dartos membagi scrotum menjadi dua kantung dan melekat pada tunica vaginalis yang terletak pada dasar kantong tersebut. Fungsi utama dari organ reproduksi jantan ditunjukkan dalam table di bawah ini :

Organ Fungsi
Testis Produksi spermatozoa
Produksi hormone androgen
Scrotum Melindungi testis
Mengontrol temperature testis
Menahan testis
Corda spermaticus Menahan testis
Mengontrol temperature testis
Epididymis
Konsentrasi spermatozoa
Deposisi spermatozoa
Maturasi spermatozoa
Transportasi spermatozoa
Vas deferens Transportasi spermatozoa
Urethra
Transportasi semen
Klj. Vesicular
Penyusun cairan, substrat energy dan buffer bagi semen
Klj. Prostate Penyusun cairan dan ion-ion anorganik pada semen
Klj. Bulbourethral Membersihkan sisa-sisa urine dalam urethra
Penis
Alat kopulasi jantan
Prepuce Pembungkus ujung bebas dari penis

Corda spermaticus, berfungsi memberikan bantuan bagi kehisupan testis, terdapat tenunan yang disusun oleh pembuluh darah arteri dan vena, plexus, pampiniformis, berkas syaraf, musculus cremaster (otot daging licin), jaringan ikat, dan vas deferens. Kedua organ, corda spermaticus dan scrotum menjadi penggantung testis dan juga bekerja sama dalam pengaturan suhu testes.


KONTROL TEMPERATURE

Pada sapi, jika fluktuasi temperature berayun dari 5-120C, maka suhu dalam testes menjadi 4-70C di bawah suhu tubuhnya. Jika suhu luar mencapai 380C, maka perbedaan suhu testes dan suhu tubuhnya menjadi separuhnya, yaitu 2-30C di bawah suhu tubuh. Namun demikian, rendahnya suhu luar tidak diikuti dengan rendahnya fertilitas.

EDIDIDYMIS

Merupakan saluran eksternal pertama yang keluar dari testes di bagian apeks testis menurun longitudinal pada permukaan testes, dikurung oleh tunica vaginalis dan testis. Epididymis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor) epididymis.

Caput epididymis, nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran kecil, vasa efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran.

Corpus epididymis memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang bersambungan dengan cauda epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan mencapai 34 meter pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen corpus epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah epithelial.

FUNGSI EPIDIDYMIS

Transportasi. Epididymis mempunyai fungsi pertama yaitu sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa. Lama perjalanan spermatozoa dalam epididymis pada domba, sapi dan babi bervariasi, masing-masing adalah dari 13-15, 9-11, dan 9-14 hari. Beberapa factor yang menunjang perjalanan spermatozoa dalam epididymis, yaitu diantaranya adalah factor tekanan yang diakibatkan oleh produksi spermatozoa baru dari dalam tubuli seminiferi. Hal ini menyebabkan tekanan pada rete testis, vasa efferentia dan sampai pada epididymis. Gerakan spermatozoa dapat ditimbulkan oleh adanya pemijatan pada testis dan epididymis, hal ini dapat juga terjadi selama ternak memperoleh latihan atau gerak untuk mempertahankan kondisi tubuh yang baik (exercise). Pergerakan spermatozoa dibantu oleh adanya ejakulasi. Selama ejakulasi, kontraksi peristaltic melibatkan otot daging licin epididymis dan tekanan negative yang ditimbulkan oleh kontraksi vas deferens dan urethra menyebabkan spermatozoa dapat bergerak secara aktif dari epididymis menuju dalam vas deferens dan urethra.
Konsentrasi. Fungsi yang kedua adalah konsentrasi spermatozoa, dimana sewaktu spermatozoa memasuki epididymis bersama cairan asal testis dalam keadaan relative encer, diperkirakan sejumlah 100 juta per millimeter pada sapi, domba dan babi. Dalam epididymis spermatozoa dikonsentrasikan menjadi kira-kira 4 milyar spermatozoa per millimeter. Mekanismenya terjadi karena sel-sel epithel yang ada pada dinding epididymis mengabsorbsi cairan asal testis. Sebagian besar absorbsi cairan ini terjadi pada caput dan ujung proximal dari corpus epididymis.

Deposisi. Fungsi ketiga, adalah sebagai tempat deposisi (penyimpanan) spermatozoa. Sebagian besar disimpan pada cauda, dimana spermatozoa terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen besar. Epididymis sapi jantan dewasa berisi antara 50-74 milyar spermatozoa. Viskositas tinggi, pH rendah, konsentrasi CO2 tinggi, ratio K terhadap Na tinggi, pengaruh testosterone, dan factor-faktor lain bergabung membentuk suasana bagi spermatozoa mempunyai laju metabolisme yang rendah dan dapat hidup lama. Spermatozoa tetap dapat hidup dan tetap fertile dalam waktu kira-kira 60 hari dalam epididymis.

Maturasi. Merupakan fungsi keempat. Hal ini dapat dibuktikan bahwa spermatozoa yang baru saja masuk ke caput epididymis berasal dari vasa efferentia tidak memiliki fertilitas dan juga tidak memiliki motilitas. Spermatozoa setelah melewati epididymis, maka akan memiliki fertilitas dan motilitas. Jika kedua ujung Cauda epididymis diikat, maka diketahui spermatozoa yang berada terdekat dengan corpus menigkat kemampuan fertilitasnya dalam waktu sampai 25 hari, sedangkan spermatozoa yang terdekat dengan vas deferens menurun kemampuan fertilitasnya. Hal ini membuktikan bahwa semakin tua spermatozoa, maka semakin hilang kemampuan fertilnya jika tidak keluar atau bergerak keluar dari epididymis. Sementara spermatozoa dalam epididymis, spermatozoa melepaskan butir protoplasma (cytoplasmic droplet) yang terbentuk pada leher spermatozoa selama spermatogenesis.


VAS DEFERENS DAN URETHRA

Vas deferens. Merupakan sebuah saluran dengan satu ujung berawal dari bagian ujung distal dari cauda epididymis. Kemudian dengan melekat pada peritoneum, membentang sepanjang corda spermaticus, melalui daerah inguinalis masuk ruang pelvis, dimana vas deferens bergabung dnegan urethra di suatu tempat dekat dengan lubang saluran kencing dari vesica urinaria. Bagian vas deferens yang membesar dekar dengan urethra, di sebut ampulla. Vas deferens mempunyai otot daging licin yang tebal pada dindingnya dan mempunyai fungsi tunggal yaitu sebagai sarana transportasi spermatozoa. Spermatozoa dikumpulkan dalam ampulla selama ejakulasi, sebelum dikeluarkan ke dalam urethra.

Urethra. Merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari persambungan dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra adalah sebagai saluran kencing dan semen. Pada sapid an domba selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks antara spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis dengan ciran sekresi darikelnjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah pelvis menjadi semen. Pada kuda dan babi percampuran ini tidak sesempurna pada sapid an domba. Semen kuda dan babi terdiri dari bagian bebas (tanpa) spermatozoa dan bagian yang kaya spermatozoa.




KELENJAR – KELENJAR TAMBAHAN

Kelenjar – kelenjar tambahan (accessory glands) berada di sepanjang bagian uretra yang terletak di daerah pelvis, mempunyai saluran –saluran yang mengeluarkan sekresi – sekresinya kedalam uretra. Kelenjar – kelenjar tambahan ini terdiri dari kelenjar vasikular, kelenjar, kelenjar prostate dan kelenjar bulbourethral atau kelenjar cowper.
Kelenjar – kelenjar ini mempunyai sumbangan besar bagi volume cairan semen. Lebih lanjut diketahui bahwa sekresi kelenjar – kelenjar tambahan ini mengandung sebuah larutan buffers, zat – zat makanan dan substansi lain yang diperlukan bagi motilitas dan fertlitas

Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali karenamirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 – 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan kuda. Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira – kira 4 cm. saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dariseparuh volume total dari semem dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran – campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.

Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan.

Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan – gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina.


Berikut adalah perbandingan dari kelenjar-kelenjar tambahan beberapa ternak :

Figure 3-6 Accessory glands of the bull, boar, ram, and stallion showing their relationship to the ampulla and urethra. (Redrawn from Ashdown and Hancock. 1974. Reproduction in Farm Animals.(3rd ed). ed. Hafez. Lea and Febiger.) 
PENIS

Merupakan organ kopulasi pada ternak jantan, membentang dari titik urethra keluar dari ruang pelvis di bagian dorsal sampai dengan pada orificium urethra eksternal pada ujung bebas dari penis. Pada sapi, domba, kambing, dan babi penis mempunyai bagian yang berbentuk seperti huruf “S” (sigmoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total dalam tubuh. Keempat jenis ternak tersebut dan kuda mempunyai musculus retractor penis, yaitu sepasang otot daging licin, jika releks memberikan kesempatan penis untuk memanjang dan jika kontraksi dapat menarik penis ke dalam tubuh kembali.

Pada kuda glans penisnya tipe vascular, mengandung lebih banyak jaringan erectile dibandingkan dengan glans penis pada domba, kambing, sapid an babi. Jaringan erectile adalah jaringan cavernous (sponge) terletak dalam dua daerah penis, yaitu pada corpus spongiosum penis yang merupakan jaringan cavernouse yang terletak di sekitar urethra, ditutupi oleh musculus bulbospongiosum pada pangkal penis. Kemudian pada corpus cavernosum penis, merupakan sebuah daerah jaringan cavernouse yang lebih besar, terletak di bagian dorsal dari corpus spongiosum penis. Pada mulanya kedua cavernouse tersebut berasal dari musculus ischlocavernouse. Kedua musculus bulbospongiosum dan musculus ischlocavernous adalah otot daging seran lintang yang merupakan musculus skeletal bukan otot daging licin sebagaimana halnya dengan otot-otot daging licin yang pada umumnya ada pada saluran reproduksi ternak jantan maupun betina. Pada saat ereksi penis dari type fibroelastic, diameternya tidak banyak berbeda dengan pada saat releks, tetapi pada penis type vascular, diameternya menjadi lebih besar dibandingkan ketika tidak ereksi. Gambar perbandingan bentuk glans penis antara sapi, domba, babi dan kuda, ditunjukkan pada gambar di bawah ini :



Figure 3-7 Comparative diagram showing the shape of the glans penis of the bull, boar, ram. and stallion. Note the twisted groove containing the external urethral orifice in the bull, the urethral proxess (filiform appendage)extending beyond the glands penis ing the ram, the corkscrew spiral in the boar, and the flattened glans penis in the stallion with the small urethral process extending beyond.(Redrawn from Ashdown and Hancock. 1974. Reproduction in Farm Animals.(3rd ed.). ed. Hafez.Lea and Febiger.)

PREPUTIUM
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut


REFERENSI :
Anonymous.2009.The Male Reproductive system.http:nongue.gsnu.ac.kr/~cspark/
teaching/chap3.html

Nuryadi.2000.Dasar-dasar Reproduksi Ternak.Malang:Universitas Brawijaya

Minggu, 05 April 2009

Rabu, 18 Februari 2009

Apakah arti sebuah MIMPI???

Saat kemaren malam aku tertidur,..
aku mulai berlayar menuju pulau kapuk,.disitu aku melihat,..eh..tidak,..tepatnya aku merasakan suatu peristiwa yang membuatku bingung,..

hingga saat mentari tersenyum padaku,..aku masih mencoba untuk memahami arti dalam setiap peristiwa yang telah kualami,...
peristiwa itu bener-bener melekat, seperti kehidupan nyata,..tapi kenyataannya aku harus terima bahwa itu semua hanyalah MIMPI,..

Sabtu, 14 Februari 2009

Siapakah aku,.??

aku adalah,...
seseorang yang bisa bahagia dan bersedih...

seseorang yang bisa tertawa dan menangis...

seseorang yang bisa kecewa jika aku di kecewakan...

namun,.. aku selalu ingin punya HARAPAN jika KEPUTUS ASAAN menghampiriku...

inilah diriku,...

Rabu, 28 Januari 2009

Hayalanq,..

Motivasi adalah hal yang terpenting dalam menjalani hidup,..
dengan adanya motivasi seseorang bisa mendapat suatu semangat yang mungkin sempat menghilang dalam diri seseorang,..
So...Sering-sering kasi motivasi yaw,...!!!